Setiap manusia punya tujuan hidup yang didasari dari idealisme dan ideologi yang dibawanya. Orang-orang komunis punya cara untuk menerapkan visi hidupnya, begitu juga orang kapitalis ataupun masyarakat yang beridielogi agama. Semua punya cara dan tujuan yang berbeda. Adalah hal yang wajar masing-masing mempertahankan ideologinya dan menganggap bahwa ideologinya yang paling baik untuk kesejahteraan manusia.
Di sini saya ingin menyampaikan apa yang saya lihat di beberapa sekolah berbasis agama di Jawa, Sumatera dan Kalimantan (atau mungkin daerah lain juga sama). Semangat beragama guru, yayasan dan pemangku kepentingan lain di sekolah tersebut luar biasa. Ingin menjadikan anak taat, hafal doa-doa harian dan lain sebagainya. Semuanya punya visi yang jauh ke depan. Tapi implementasi di lapangan bicara hal yang berbeda. Coba lihat, sekolah yang dibangun dengan ideologi akhirat ini ternyata di lapangan berkompromi dengan ideologi komunis dan kapitalis. Hah? Benarkah?. Coba perhatikan, sekarang sekolah-sekolah banyak yang menggunakan seragam dengan alasan agar anak gak ada yang iri, sama rata sama rasa, kebersamaan, disiplin tingkat tinggi karena kalo gak berseragam bisa ditegur oleh guru; bukankah ini mirip-mirip masyarakat yang menganut ideologi komunis? Islam tidak mengajarkan ini, di Islam tidak ada penyeragaman. Silahkan yang mampu menggunakan baju, kendaraan dan rumah yang mahal asal sesuai dengan kemampuannya. Seharusnya anak dikenalkan perbedaan sejak dini, ini akan membuat anak lebih sehat dalam mengahadapi kenyataan.
Nah, anehnya lagi. Ketika bicara tentang pengadaan seragam, kaos kaki murid, buku paket dan asesoris-asesoris lainnya, sekolah mirip kapitalis. Semua yang bisa dieksploitasi murid akan dimanfaatkan. Murid sudah menjadi objek dari pasar yang bernama sekolah. Bagi murid gak ada pilihan selain menerima itu semua. Belum lagi uang gedung yang mahal hanya untuk membangun gedung-gedung mewah dengan alasan ini yang diinginkan pasar. Tolak ukurnya bukanlah apakah sekolah sudah menjalankan pengasuhan seperti yang dijalankan Rasul atau tidak tapi tolak ukurnya adalah berapa banyak murid yang ada, setinggi apa bangunanya. Ukurannnya fisik sekarang. Tidak jauh dengan apa yang diabawa oleh kapitalis. Semua dilihat dengan fisik. Seragam, buku paket, kelas mewah, Erkon, lcd proyektor.
Jadilah sekarang sekolah seperti penampungan ideologi. Islam, komunis dan kapitalis menjadi satu. Menjadi kapitalis dan komunis atas nama tuhan.
sumber : embunpetakdanum.blogspot.com