Tentang Kami

Sekolah Sahabat Alam didirikan oleh Yayasan Mutiara Tarbiyah pada bulan Juni tahun 2010. Yayasan Mutiara Tarbiyah secara resmi berdiri dengan Akte Notaris R.A. Setiyo Hidayati, SH, MH tanggal 8 Juni 2010 Nomor 27.

Sekolah Sahabat Alam membangun filosofi bahwa belajar bisa di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Artinya belajar tidak terpaku di dalam kelas, karena sesungguhnya pembelajaran bermakna justru banyak didapatkan saat belajar di luar kelas.Program outing, tracking, dan magang menjadi program di luar sekolah yang membuat siswa bergairah belajar dan menemukan kebermaknaan dari apapun yang mereka pelajari.

Belajar dengan siapa saja artinya belajar tidak hanya dengan guru kelas saja. Tapi semua orang bisa menjadi guru sesuai momentum dan kebutuhan. Tak jarang sekolah mendatangkan pakar atau orangtua siswa untuk mengajar di sekolah.

Sekolah Sahabat Alam adalah sekolah yang mengintegrasikan mata pelajaran dengan Islam sehingga diharapkan anak meyakini bahwa Islam mengajarkan semua aspek kehidupan.

Sekolah Sahabat Alam juga meyakini bahwa semua anak punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Sehingga sejak awal berdiri, sekolah Sahabat Alam juga terbuka untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

A. SEKOLAH TANPA SERAGAM

Baju adalah salah satu keragaman anak. Tanpa seragam, anak akan terlihat kecenderungannya, gayanya, dan perilakunya. Bagi anak yang sudah selesai masalah dirinya, tidak sibuk dengan pakaian yang dipakainya mahal atau tidak. Tak ada saling iri karena pakaian temannya lebih bagus. Para sahabat Rasulullah SAW dahulu terbiasa berpakaian sesuai isi kantongnya, Bagi Umar bin Khattab, tak ada pakaian yang puluhan dirham. Tapi bagi sahabat yang lain mungkin ada yang berpakaian mahal. Tetapi mereka tetap bersahabat. Karena persahabatan itu letaknya di hati, bukan di pakaian.

B. SEKOLAH TANPA BUKU PAKET

Di dunia yang sangat modern ini, anak bisa mendapatkan informasi dari mana saja. Mulai dari pengalaman langsung di lapangan, mendapatkan informasi dari internet dengan didampingi orangtuanya, atau pengalaman langsung dari pelakunya.

Tanpa buku paket justru mendorong guru lebih kreatif mencari informasi. Juga membuat pengelola perpustakaan sekolah berpikir terus untuk menambah koleksi dan membuat anak mencintai buku. Karena buku yang dibaca bukan hanya buku pelajaran tapi buku-buku yang menghibur seperti komik, novel, ensiklopedi, dan lainnya yang membuat otak anak-anak rekreatif dan rileks, namun tetap mendapatkan manfaat.

C. SEKOLAH TANPA BEL

Sekolah tanpa bel bukan berarti tidak disiplin dan abai terhadap waktu. Ada cara lain yang digunakan oleh Sekolah Sahabat Alam agar siswa peka dengan waktu. Bagaimana caranya? Di setiap kelas dipastikan ada jam dinding. Bukan hanya di kelas, tapi juga di tempat-tempat strategis dan sering dilalui siswa dan guru.

Cara ini cukup efektif. Selain anak-anak tidak terkaget-kaget dengan bunyi alarm atau bel, anak-anak juga bisa terbiasa melihat jam. Sehingga anak tahu pukul berapa selesai kegitan pagi, pukul berapa berakhirnya kegiatan kelas, pukul berapa untuk salat Dhuhur dan seterusnya.

D. GOLDEN MOMENT, GOLDEN OPPORTUNITY

Momentum emas, kesempatan emas. Banyak momen sebenarnya adalah momen emas dan itu adalah kesempatan emas bagi guru untuk memasukkan nilai-nilai.

Keributan antar anak tidak mungkin dihindari, tapi bagaimana guru bisa melakukan respon yang dibutuhkan anak sesuai dengan kajian yang ilmiah.
Atau misalnya asa anak kucing yang mengeong di atas atap karena kehilangan induknya bisa menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak.
Guru-guru di Sekolah Sahabat Alam diasah kemampuan dirinya untuk membaca sinyal-sinyal kebutuhan anak agar momen emas itu bisa dijadikan sebagai kesempatan emas untuk banyak hal.

Gangguan bukanlah musuh, tapi bisa digunakan sebagai bahan untuk belajar. Maka dari itu,Sekolah Sahabat Alam memiliki motto : “Belajar di mana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja.”

E. KELAS TERBUKA

Saung bahasa populernya, atau pasah dalam bahasa Dayak Ngaju . Sengaja kelas didesain terbuka dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, Aliran oksigen di ruangan terbuka seperti ini akan lebih lancar.

Kedua, kelas terbuka seperti ini sedikit menggunakan energy.

Ketiga, anak diberi tantangan “ganguan”dengan bisa melihat keluar kelas. Ini adalah latihan yang sebenarnya agar mereka terbiasa dan fokus pada apa yang mereka kerjakan. Karena pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada yang benar-benar steril dari gangguan.

Apakah anak-anak akan teralihkan? Kadang-kadang iya. Misal ketika di samping sekolah ada alat berat yang sedang bekerja, terkadang sebagian anak akan berhenti belajar dan memandang alat berat itu. Mungkin bagi orang lain ini tidak belajar, tapi bagi kami ini juga bagian dari belajar.

F. SINERGI BUKAN KOMPETISI

Empat keterampilan abad ini sering disingkat 4 C, Colaboration, Comunication, Critical Thinking, dan Creativity.

Kolaborasi maknanya juga bagaimana anak bisa survive dengan kekuatan sinergitas dengan orang atau lembaga lain. Keterampilan ini kami asahkan ke anak-anak. Bukan kompetisi. Karena tanpa stimulasi, kompetisi sudah ada pada diri setiap manusia.

Berbeda dengan sinergi yang memang perlu dipelajari dan dibiasakan. Mengajari sinergi jauh lebih sulit dibandingkan meminta anak untuk berkompetisi.

G. HANDS ON, BUKAN MINDS ON

Hands on learning adalah pembelajaran yang dapat dirasakan oleh seluruh indra anak. Misal ketika pembelajaran tentang tema sungai, maka anak-anak akan diajak ke sungai. Anak akan belajar secara langsung warna air sungai, merasakan aroma air sungai, mendengar gemericiknya, merasakan suhu airnya, dan lainnya.

Tentu sangat berbeda hasilnya dibanding dengan sekedar membaca buku pelajaran atau melihat videonya.
Dengan turun langsung ke sungai, semua indra digunakan. Pembelajaran sepertin ini sesuai dengan sistem kerja otak anak yang belajar dengan cara konkret dulu baru kemudian semi konkret (bisa berupa gambar atau video) hingga abstrak (tulisan atau cerita).

Dari banyak literatur, anak-anak yang belajar sesuai dengan kerja otak akan belajar dengan lebih rileks dan bertahan lebih lama. Dan tentu ini akan membuat anak lebih bahagia.

H. PEMBELAJARAN QURAN

Apakah Sekolah Sahabat Alam juga ada program menghafal Quran? Jelas ada. Yang membuat berbeda adalah bahwa guru memahami bahwa setiap anak memiliki passion dan kemampuan yang berbeda. Target setiap anak berbeda. Bahkan di kelas atas, para remaja bisa membuat targetnya sendiri dan dievaluasi setiap tahunnya.

Mencintai Al Quran sepanjang masa adalah ketika mereka dapat berinteraksi dengan Quran tanpa paksaan dan trauma di masa kecilnya. Mencintai itu long term, jangka panjang.

I. PERPUSTAKAAN MODERN

Sekolah tanpa buku paket akan kehilangan ruhnya ketika jumlah buku di perpustakaan sedikit. Sejak berdiri tahun 2010, Sekolah Sahabat Alam selalu menambah jumlah koleksi bukunya. Bukan hanya buku yang berhubungan dengan referensi, tapi juga komik dan novel yang sangat disukai anak-anak.
Sekolah Sahabat Alam baru berdiri tahun 2010. Tapi jumlah bukunya sekarang sudah mencapai 10.000 (sepuluh ribu judul buku).

Uniknya, buku-buku di Perpustakaan Sahabat Alam semua buku terdokumentasi dengan baik di sistem yang sudah modern. Bahkan Sekolah Sahabat Alam telah membantu memberi pelatihan aplikasi pengelolaan perpustakaan untuk sekolah-sekolah di Kalimantan Selatan, Kalteng, bahkan DKI Jakarta.

Perpustakaan di Sekolah Sahabat Alam adalah sentral dari semua buku, peralatan dan kegiatan.
Filosofi Sekolah dengan perpustakaan yang lengkap dan modern adalah : Semua peradaban besar di dunia dibangun dengan perpustakaan besar dan lengkap. Sebuah kemustahilan, membangun peradaban tanpa literasi.

J. KAPTEN KELAS

Sekolah Sahabat Alam memberi kesempatan anak-anak untuk belajar memimpin dan belajar dipimpin. Zero to Hero. Hero to Zero. Karena menjadi dua hal yang berbeda itu perlu belajar secara langsung.

Ketua kelas atau biasa Sahabat Alam menyebutnya sebagai Kapten Kelas. Setiap hari ada kapten kelas baru, berganti setiap hari. Mengapa hal ini dilakukan? Ini memberi kesempatan agar semua anak bisa bergantian mencoba.

Terkadang, guru membuat list urutan menjadi kapten kelas. Terkadang juga melalui pemilihan. Anak-anak boleh memilih dari dua nama temannya. Kemudian di hari berikutnya anak-anak memilih salah satu dari dua nama temannya yang berbeda lagi.

K. PIRING BERBAGI

Semua aktivitas perlu memiliki tujuan agar menjadi kegiatan yang bermakna. Kegiatan makan pagi menjadi aktivitas bermakna, salah satunya dengan kegiatan “Piring Berbagi”.

Setiap anak membawa bekal dari rumah. Melalui piring berbagi, anak-anak belajar untuk mau berbagi bekal kepada teman-temannya. Melalui piring berbagi ini juga anak-anak bisa belajar untuk antri, menunggu giliran, dan berlapang dada.

Bagaimana aktivitas piring berbagi ini dilakukan ? Sebuah piring kosong diletakkan di tengah lingkaran. Anak-anak duduk melingkar mengelilingi piring kosong tersebut. Kemudian anak-anak mengisi piring berbagi tersebut dengan sebagian bekal mereka. Piring berbagi itu bergilir dipindahkan dari satu anak ke anak yang lain.

Pada putaran pertama, anak-anak belum boleh mengambil bekal di piring berbagi. Semua anak hanya memberi atau berbagi. Pada putaran kedua, anak-anak baru boleh mengambil secara bergantian. Anak-anak harus belajar bersabar sampai piring berada di depannya.

L. TEMA BEKAL

Sekolah Sahabat Alam membuat tema bekal. Artinya bekal yang dibawa untuk istirahat pagi sangat bervariatif. Terkadang tema bekal adalah sayuran atau buah, atau umbi bisa juga jajan pasar atau kue yang dibuat ibu. Atau terkadang dibuat lebih detail. Misalnya: Makanan atau kue berbahan dasar tahu.
Mengapa ini dilakukan? Disamping agar anak-anak tidak membawa bekal jajanan instan. Cara ini diyakini agar anak-anak tidak pilih-pilih makanan. Mau mencoba berbagai jenis makanan.

Jika anak membawa bekal tidak sesuai dengan tema bekal hari tersebut. Maka anak-anak diminta untuk menyimpan bekalnya di dalam tas. baru boleh dimakan setelah sekolah usai.

M. SMALL CLASS

Penelitian terkini mengatakan bahwa kelas dengan jumlah siswa sedikit dirasa lebih efektif dibanding dengan jumlah siswa banyak. Guru tidak perlu berteriak. Guru juga akan lebih mudah membagi perhatian kepada siswanya.

N. PARENTING CLASS

Sekolah Sahabat Alam meyakini bahwa tanggungjawab utama pendidikan anak adalah ayah dan bundanya. Oleh karena itu, Sekolah Sahabat Alam membantu para orangtua untuk lebih memahami cara pengasuhan yang benar. Sehingga secara rutin, Parenting Class ini diselenggarakan.

 

Tentang Kami

Sekolah Sahabat Alam membangun filosofi bahwa belajar bisa di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.

Artinya belajar tidak terpaku di dalam kelas, karena sesungguhnya pembelajaran bermakna justru banyak didapatkan saat belajar di luar kelas.